Halaman

Selasa, 13 Desember 2011

Bangsa Kita, Bangsa yang gemar “Shortcut”




Definisi Shortcut (noun ; a route shorter  than the usual one) . Istilah Shortcut biasanya diterjemahkan dalam bahasa artinya ““jalan pintas” ” (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia;  pin·tas v, me·min·tas v 1 mengambil ““jalan pintas” ”; menempuh jalan yg terdekat; memotong jalan: supaya lekas sampai lebih baik kita ~ dusun ini; jalan ~ , jalan langsung (terdekat); 2 memenggal atau menyelang perkataan orang: suka benar ia memintas perkataan orang; 3 memotong perjalanan (tt orang, pesawat, dsb).
Sebenarnya kata-kata ““jalan pintas” ” sering kita dengar dalam keseharian kehidupan bermasyarakat, ““jalan pintas” ” banyak di bicarakan di kota-kota besar metropolitan  sekelas Jakarta karena masyarakatnya banyak mencari ““jalan pintas” ” untuk menghindar dari ruas jalan yang biasanya terkena macet misalnya.
Namun tanpa kita sadari Saya melihat system dan mekanisme “““jalan pintas” ”” memang disukai dan menjadi favorite oleh sebagian besar rakyat  Indonesia di berbagai sektor kehidupan. Pembuktian bahwa rakyat Indonesia gemar akan “““jalan pintas” ”” mungkin akan kita ingat-ingat sejenak :

1.       Dibidang Ekonomi dan Pembangunan.
Dibidang Ekonomi kita banyak melakukan dan mendengar  istilah ““jalan pintas” ” dalam perekonomian dan pembangunan Bangsa Indonesia, misalnya banyak orang ingin berada di puncak kehidupan ekonominya melakukan Korupsi, sehingga meraup kekayaan dalam sejenak kariernya, namun banyak dari mereka yang berakhir di Hotel Prodeo  Karena tidak bias mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam Bidang pembangunan juga kita dapat lihat banyak hasil-hasil pembangunan yang tidak dapat dirasakan lama (sebelum umur teknis pemakaiananya sudah rusak/hancur) karena dalam proses pembangunan nya banyak dilakukan penyunatan anggaran dengan tujuan supaya pekerjaan pembangunan cepat selesai. Selain itu Kegemaran bangsa Indonesia selalu berpikir bagaimana perencanaan jangka pendek bukan mengedapankan perencanaan jangka panjang dalam mengatasi masalah (Banjir,Transportasi,kemiskinan ).

2.       Dibidang Pelayanan Publik.
Dalam bidang pelayanan umum sering kita mendengar kata”sogok” / “Uang Pelicin”, itu sebenarnya dalah perilaku masyarakat kita yang ingin segalanya dilanyani cepat tanpa berbelit-belit dengan melalui ““jalan pintas” ” ditambah dukungan dari mental birokrat yang agak kurang baik, maka terdengarlah output/istilah seperti “pungli” ,”tip”, “gratifikasi”, dan “Suap”. Ini berlaku kesemua aspek pelayanan dan

3.       Dibidang Pendidikan.
Dibidang pendidikan dimana semua manusia pasti mengalami dan mudah mudahan tidak pernah melakukan hal-hal berikut seperti : menyontek, mencari bocoran soal kepada pengajar bahkan sampai jual beli jawaban Ujian Negara (UN) / Ujian Akhir Semester (UAS).

4.       Dibidang Sumber Daya Alam (SDA).
Dalam SDA banyak yang kita dengar penebangan hutan-hutan, pertambangan liar, perburuan satwa di lindungi. Itu semua membuktikan bahwa masyarakat kita banyak yang telah melewati ““jalan pintas” ”  tersebut untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang besar dibandingkan dengan akibat yang akan ditimbulkan nantinya, mereka tidak sampai berpikir demikian.
5.       Dibidang Transportasi.
Kalau dalam bidang ini kita pun pembaca tulisan saya ini yakin pernah melakukan / mencari ““jalan pintas” ” untuk menuju ke tempat/lokasi tertentu, dengan tujuan agar tidak memakan waktu lama akibat kemacetan, jarak dan akibat lain yang akan dirasakan biasanya kita menyebut jalan tersebut dengan “jalan tikus”. Banyak mungkin diantara kita yang melanggar masuk jalur Busway demi mencari ““jalan pintas” ” agar cepat dan tidak terkena antrian kendaraan lain, Jelas itu melanggar pak, awas nanti pasti di tilang, Pengendara motor banyak melalui trotoar jalan, untuk dilalui agar bisa lepas dari kemacetan lalu lintas di jalan.
6.       Dibidang Sosial dan Keagamaan.
Dalam bidang social banyak diantara masyarakat kita mencari ketenaran supaya terkenal dengan mencari ““jalan pintas” ” misalnya dengan melalui kontes-kontes yang cepat menjadi terkenal menjadi artis (Indonesia Idol, Da’i cilik, KDI dll). Itu semua bagus asalkan memang kita berbakat namun susah mencari peluang agar terkenal.
Banyak untuk menjadi terkenal dengan ikut gabung dalam jejaring social dengan menunjukan ucapan,bakat dan tingkah laku kita supaya kita terkenal melalui ““jalan pintas” ” melalui jejaring sosial You Tube,Facebook,Twitter,Digg dll ).
Nah yang lucu dalam bidang agama, yang menurut saya agak lucu ada orang/sebagian kecil warga kita yang telah ijin pergi haji ketanah suci dengan keluarga,masyarakat dan handai taulan, namun yang bersangkutan tidak pergi ke Tanah Suci namun ketempat lain dengan alasan yang berbeda (ketempat Istri muda, Menikah kembali di daerah lain), namun tetap membawa oleh-oleh Tanah Suci  dari ““jalan pintas” ” Pasar  Tanah Abang yang akan diberikan kepada keluarga,masyarakat dan handai taulan.
Masih dalam bidang keagamaan kita mendengar banyak ormas-ormas islam menempuh ““jalan pintas” ” dengan merusak dan memporak porandakan tempat hiburan malam, tempat judi dan minum minuman keras dengan alasan pemerintah tidak pernah menegur dan membubarkan tempat maksiat.

Bagaimana baiknya kita menyikapinya “““jalan pintas” ”” ?
““jalan pintas” ” (Shortcut) sebenarnya adalah baik asalkan kita menempatkan cara kita tersebut dengan alasan yang tepat dengan tetap berpikiran :
·               Sesungguhnya Allah, SWT tidak pernah tidur dan Maha Melihat apa yang dilakukan hambanya;
·               Kalau ““jalan pintas” ” yang kita lakukan itu benar Tidak berpengaruh negative terhadap system yang telah berjalan , tidak ada resikonya baik bagi diri kita, lingkungan sekitar dan kehidupan orang banyak maka “Do It”, “Lakukan Segera” jangan lupa berniat dan mengucap Bismillahhirohman nirrohim, atau apalah ......

Tidak ada komentar: